Makam Gantung di Tana Toraja yang Mistis Namun Unik
Tana Toraja merupakan suatu kelompok etnis atau suku asli yang bertempat tinggal di sebuah pegunungan yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah populasi mereka kurang lebih 650 ribu jiwa dan sebagin besar merupakan pemeluk agama Kristen. Sedangkan yang lainnya adalah Islam dan penganut kepercayaan anisme, Aluk yang sudah mendapat pengakuan dari pemerintah.
Keunikan budaya Tana Toraja
sumber: https://www.seva.id
Meski sudah menjadi pemeluk agama Kristen atau Islam, namun hingga sekarang masyarakat Tana Toraja masih setia menjalankan adat istiadat daerah mereka. Segala macam tradisi yang dulu sering dilaksanakan oleh nenek moyang mereka sejak ribuan tahun lalu masih dilakukan hingga saat ini.
Sejak zaman dulu Tana Toraja memang dikenal sebagai kelompok masyarakat yang memiliki berbagai jenis kebudayaan unik yang hingga saat ini masih tetap lestari. Salah satunya proses pemakaman orang meninggal dimana jenazahnya diletakan di lubang-lubang buatan yang ada di atas perbukitan atau pegunungan.
Kuburan gantung Tana Toraja
sumber: https://www.seva.id
Namun selain itu masih ada pemakaman lain yang tidak kalah unik dan eksotis, yaitu kuburan yang jenazahnya diletakan dengan cara digantungkan. Bagi yang pertama kali mendengarnya, akan merasa aneh. Jika biasanya mayat orang meninggal dikubur di dalam tanah, tetapi untuk yang satu ini tidak demikian.
Kuburan gantung merupakan tradisi penguburan yang dilakukan dengan memasukan jenazah orang meninggal ke dalam peti yang dinamakan dengan sebutan erong. Setelah itu, peti yang sudah berisi jenazah ini akan digantungkan pada tebing batu.
Kuburan seperti ini dapat ditemui di daerah Londa, Kete Kusu, Tampanggallo serta beberapa wilayah lainnya. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Kabupaten Tana Toraja Utara. Hingga saat ini masih ada sebagian penduduk di daerah tersebut masih ada yang lebih suka memakamkan keluarga mereka yang meninggal dengan cara digantungkan.
Peti jenazahnya diletakan di antara 2 kayu dan diberi palang dari papan di bawahnya. Setiap 1 palang dapat digunakan untuk menggantungkan beberapa peti jenazah sekaligus. Bahkan ada yang memuat hingga 12 peti jenazah secara berjejer.
Apabila secara lebih cermat dari bawah bukit, jejeran peti yang berisi mayat tersebut tampak melayang-layang. Dan yang lebih menakjubkan sekaligus menimbulkan kengerian tersendiri adalah, di tempat ini tidak hanya bisa disaksikan jenazah yang usianya ratusan tahun saja, tapi juga ada yang masih baru.
Patung jenazah
sumber: https://www.seva.id
Pada umumnya, kuburan atau makam gantung dilengkapi dengan semacam kotak atau jendela yang dibuat di sebelah sampingnya. Jendela yang bentuknya selalu terbuka ini dikasih patung manusia yang wujud dan penampakannya hampir mirip dengan orang-orang yang dikuburkan di tempat tersebut.
n
Setiap peziarah yang datang ke kompleks pemakaman ini hampir dipastikan akan merasa jika dirinya sedang diawasi oleh patung-patung tersebut.
Kepercayaan masyarakat Tana Toraja
sumber: https://www.seva.id
Bagi yang belum mengetahui, mungkin akan bertanya mengapa hampir semua kuburan atau kompleks pemakaman Tana Torasa lebing sering dibuat di atas perbukitan. Hal ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masalah kepercayaan masyarakat di sana.
Masyarakat Tana Toraja memiliki keyakinan bahwa setiap orang yang telah meninggal dunia masih bisa membawa harta miliknya di alam kehidupan yang lain. Keyakinan ini merupakan alasan utama yang mendorong masyarakat lebih suka memakamkan keluarganya pada tebing-tebing yang tinggi.
Selain itu, juga untuk memberikan perlindungan harta benda yang ikut dikuburkan di makam tersebut. Alasan berikutnya berkaitan lagi dengan adat setempat yang menyatakan jika mayat diletakan di tempat yang lebih tinggi, maka roh orang yang meninggal lebih mudah menuju alam kehidupannya yang baru.