Sejarah Punakawan
Apakah ada pengemar wayang disini? Apakah wayang kulit, wayang golek, atau wayang orang bahkan. Ya, jagat pewayangan adalah sebuah dunia yang sangat luas untuk dibahas secara mendalam. Tapi sebenarnya dalam dunia pewayangan dikenal istilah pakem.
Adanya pakem ini, melahirkan dua konsep utama arus besar yang menciptakan trend pewayangan. Baik dari segi penceritaan; Ramayana atau Mahabarata, Penokohan, sampai pemilihan tema cerita yang akan dimainkan oleh seorang dalang. Tentu kita tak akan membahas hingga sedalam itu, artikel ini khusus ditujukan untuk membahas segi penokohan, khusus berbicara tenang para Punokawan, apa itu Punokawan dan bagaimana Punokawan ini bisa muncul dalam sebuah pakem penokohan pewayangan.
Punakawan, Tokoh Lucu dan Lugu, Diluar Pakem Cerita Pewayangan India
Hampir setiap kali saat kita menyaksikan wayang. Terlebih yang menggambil pakem atau setting cerita Mahabarata, dalam satu babak permainan, kita akan disuguhkan dengan tingkah laku dan kelucuan para punakawan dalam satu cerita. Cerita pewayangan, Mahabarata tentu banyak yang sudah mengetahui, bahwa ini bersumber dari naskah lama yang telah ada sejak tahun-tahun yang lampau, cerita klasik ini berasal dari India.
Uniknya, dalam naskah aslinya, sosok punakawan belum muncul dan masuk dalam alur cerita yang dimainkan. Tetapi dalam setiap pewayangan yang kerap dimainkan di Indonesia tokoh ini kerap muncul, ada dalam alur cerita serta terlibat pada satu kesatuan cerita yang dibawakan. Bagaimana bisa begini?
Merujuk pada beberapa sumber. Tokoh Punakawan mulai muncul dalam sebuah serat yang ditulis pada era kerajaan Kadhiri oleh Empu Panuluh berjudul Gathotkacashraya. Dalam serat ini diceritakan dalam sebuah kesempatan, Gatot kaca sedang dalam tujuan untuk membantu sepupunya Abimanyu dalam mendapatkan putri Sri Kresna, sitisundari. Pada setting cerita inilah, muncul penokohan punakawan pertama, yang dalam hal ini dikaitkan dengan tokoh Abimanyu. Saat itu, baru tiga tokoh punakawan yang muncul; Jurudiyah, Punta, Prasanta.
Selanjutnya, pada era kerajaan Majapahit, pada sebuah karya sastra berjudul Sudamala, mulailah dimunculkan tokoh Semar. Nama semar, adalah salah satu punakawan yang terkenal sejak masa itu hingga pada hari ini. Bila merujuk pada hal ini maka jelas, bahwa tokoh punakawan adalah selipan dari cerita asli pewayangan Mahabarata yang berasal dari India itu. Ini merupakan bagian dari kreatifitas ciptaan pujangga lokal.
Seni Pewayangan Indonesia, Sebuah Kreatifitas Yang Menjadi Wujud Kekayaan Bangsa
Bila membaca tentang sejarah punakawan sebagaimana pada uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tokoh punakawan ini lahir sebagai bagian dari kreatifitas di para pujangga Lokal. Karenanya, dalam pakem asli ceritanya di India sendiri tidak akan ditemukan adanya kehadiran tokoh punakawan dalam alur ceritanya. Untuk setiap daerah di Indonesia, nama-nama tokoh punakawan punya panggilan berbeda-beda.
Berikut ini ada daftarnya;
Pementasan wayang gaya Jawa Timuran, Yogyakarta, Sunda dan Surakarta, kerap menampilkan tokoh Semar, kemunculannya biasa disandingkan dengan tokoh punakawan yang berbeda-beda.
Pementasan dengan pakem Jawa Tengah-an mengenal 4 orang punakawan, diantaranya; Semar diikuti dengan ketiga anaknya, Gareng, Petruk dan Bagong. Keempat nama punakawan ini dikisahkan adalah para punakawan dari golongan kesatria. Sementara juga ada punakawan dari golongan raksasa yang dikenal dengan nama panggilan, Togog dan Bilung.
Untuk pementasan wayang Golek bergaya Sunda, tokoh Semar adalah tetap tokoh utama. Sementara nama anak-anaknya berganti diantaranya adalah; Cepot, Dawala dan Gareng. Untuk gaya jawa timuran, disebutkan pasangan Semar adalah Bagong saja.
Pewayangan Bali mengenal tokoh golongan kesatria bernamaTualen dan Merdah. Yang diikuti dengan tokoh dari golongan jahat dengan nama; Delem dan Sangut.
Demikian adalah sekelumit sejarah punakawan. Yang dikenal sebagai bagian dari sedemikian banyaknya tokoh dalam dunia pewayangan. Setiap pementasan tentu menganut pada pakem yang berbeda-beda serta latar belakang cerita yang didalamnya biasanya juga diikuti dengan kreatifitas dari dalangnya.
Mengenal lebih dalam tentang wayang di Indonesia adalah bagian dari kemauan untuk mencintai budaya Indonesia yang demikian beragam dan sarat akan nilai moril dan falsafah kehidupan. Tentunya harus diselingi dengan menambah referensi tentang cerita-cerita yang ada. Agar setiap menikmati sebuah pagelaran wayang, kita dapat mengikuti jalannya cerita yang dibawakan oleh dalang. Semoga bermanfaat.