Festival Seru Di Dieng
Nama Dieng kini sedang naik daun karena banyak orang yang sudah menjadi daerah dataran tinggi tersebut sebagai tujuan tempat wisata yang sangat mengasyikan, terutama bagi kalangan para remaja seperti para pelajar hingga mahasiswa sering mengunjungi daerah yang terkenal dengan udaranya yang sangat dingin tersebut. Dieng merupakan dataran tinggi yang terletak di Jawa Tengah, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo dimana berada diantara Gunung Sindoro dan Sumbing.
Tingginya Dieng dan Suhunya Yang Sangat Dingin
Dieng memiliki ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut sehingga suhu yang dihasilkan pada siang harii berkisar antara 12-20 derajat celcius dan 6-10 derajat celcius pada malam hari. Bahkan ketika memasuki musim kemarau suhu udara dapat mencapai 0 derajat celcius dan juga memunculkan embun beku yang konon dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman maka disebut bun upas atau embun racun oleh penduduk setempat. Bahkan belum lama ini nama Dieng kembali terkenal karena beberapa hari masuk kedalam berita utama dimana Kawah Sileri yang merupakan salah satu tempat wisata di Dieng meletus yang menyebabkan beberapa orang luka-luka pada awal July 2017 lalu.
Pasca meletusnya kawah tersebut akhirnya pihak pengelolah menutup kawah tersebut guna menghindari kejadian serupa. Namun meletusnya Kawah Sileri tidak menyurutkan para wisatawan untuk berkunjung ke dataran tinggi tersebut. Selain kawah, Dieng memiliki banyak tempat yang dapat dikunjungi oleh wisatawan salah satunya adalah Bukit Sikunir dimana matahari terbit terlihat sangat indah dari atas bukit ini. Namun untuk melihat pemandangan yang menakjubkan tersebut tidak dengan mudah didapatkan karena setiap orang diharuskan untuk mendaki bukit tersebut sekitar pukul 3 pagi dengan melawan hawa dingin yang menusuk tulang.
Festival Dieng Yang Diadakan Setiap Tahun
Dieng atau yang biasa disebut negeri di atas ini pun sangat terkenal dengan adanya Festival Dieng, tidak hanya orang Indonesia saja yang berbondong-bondong datang namun turis mancanegara pun sering menyaksikan festival yang digelar setiap satu tahun sekali. Festival tersebut pertama kali di gelar pada tahun 2010 oleh suatu komunitas dan menuai hasil yang ternyata sukses dan disukai banyak orang. Acara tersebut menjadi salah satu ajang pengenalan Dieng kepada seluruh dunia.
Festival Dieng biasa dikenal dengan nama Dieng Culture Festival yang digadang-gadang sebagai salah satu event paling romantis yang ada di Indonesia. Tahun 2017 ini Dieng Culture Festival diadakan pada tanggal 4 hingga 6 Agustus yang dibanjiri oleh banyaknya pengunjung yang ikut serta dalam acara tersebut dengan suhu udara yang berkisar antara 4 hingga 5 oC namun ketika malam menjelang suhu akan turun hingga mencapai minus 4 atau di bawah nol derajat celcius. Hal tersebut tidak menurunkan animo pengunjung yang datang karena pada dasarnya para pengunjung memang menanti dan menikmati udara dingin yang ada di dataran tinggi tersebut.
Konser Jazz Diatas Awan
Banyak rangkaian acara yang sangat seru disajikan dalam festival tersebut salah satunya adalah pertunjukan Jazz Atas Awan yang setiap tahunnya menyajikan penampilan yang sangat luar biasa. Menikmati alunan musik jazz di atas ketinggian 2000 meter dengan dibalut kabut dan udara dingin menjadikan pengalaman yang tak terlupakan bagi semua pengunjung yang datang. Tidak hanya diberi alunan musik jazz saja, para pengunjung yang datang pun memiliki kesempatan untuk melepaskan lampion berisi segala macam doa atau permohonan yang diterbangkan ke langit pada malam hari.
Langit yang gelap akan penuh dengan cahaya dari lampion merupakan suatu pemandangan yang luar biasa indah. Namun jangan salah acara tersebut bukanlah puncak dari acara tersebut, puncaknya adalah pemotongan rambut gimbal dimana anak-anak Dieng yang berambut gimbal akan dipotong rambutnya dan anak tersebut dapat meminta apapun yang mereka inginkan. Acara pemotongan rambut anak gimbal tersebut merupakan sebuah ritual yang sangat sakral karena masyarakat Dieng percaya bahwa anak-anak berambut gimbal tersebut merupakan titipan dari Kyai Kolo Dete yang mendapat wahyu dari Ratu Pantai Selatan sebagai tanda kesejahteraan masyarakat Dieng.
Pemotongan rambut anak gimbal tersebut bertujuan untuk mengusir nasib buruk pada anak yang memiliki rambut gimbal tersebut. Pasalnya rambut gimbal tersebut tumbuh secara alami yang diawali dengan berbagai tanda pada si anak tersebut, seperti panas tubuh yang tinggi selama beberapa hari.