Tari Jepin
Kalimantan barat adalah salah satu propinsi yang berada di pulau Kalimantan. Ibu kota propinsi ini adalah Pontianak, dan merupakan propinsi terluas yang keempat setelah Papua, menyusul berikutnya adalah propinsi Kalimantan Timur kemudian Kalimantan Tengah yang biasa dikenal dengan sebutan kota seribu sungai. Sebagaimana propinsi lain di Indonesia, Kalimantan Barat didominasi dengan penduduk yang beranek ragam, terdiri dari suku, budaya serta agama yang dianut. Beragamnya budaya ini berpengaruh pula pada keragaman kesenian setempat, yang salah satunya diekspresikan dalam bentuk tarian adat.
Salah satu bentuk kesenian tari yang berasal dari Kalimantan Barat dan tetap terawat serta terjaga oleh masyarakat lokal sampai sekarang adalah tari jepin. Tarian ini adalah tarian, yang tadinya juga berfungsi sebagai media untuk menyebarkan agama islam di wilayah Kalimantan Barat, karenanya pengaruh nilai-nilai Islami, yang bercampur dengan kebudayaan Melayu serta budaya local sangat kentara dalam setiap gerakan tarian ini.
Ciri Gerakan dan Bagaimaa Tarian Jepin ini Biasa Dibawakan
Kesenian Tari Jepin ini biasa ditarikan oleh para lelaki mesi pada beberapa kesempatan perempuan juga dikenali membawakan tarian yang sama. Gerakan dalam tarian ini diawali dengan salam pembuka, lalu kedua kaki sebagai tumpuan. Tiap-tiap gerakan pada tarian mengarah pada gerakan tangan dan kaki. Dua kaki penari akan bergerak berulang-ulang, diiringi dengan ayunan tangna secara berirama, kaki penari bergerak maju mundur, ke kiri dan ke kanan. Salah satu hal yang harus diperhtikan adalah posisi kaki tidak boleh terlalu mengangkang.
Penari menggunakan busana yang khas, dengan warna baju yang mencolok. Ini menjadi daya tarik tersendiri, melihat seorang penari tarian jepin bergerak seirama dengan musik pengiring, ayunan tangan dan gerakan kaki, begitu sedap di pandang mata. Busana yang digunakan penari pria yakni sarung yang dibalutkan dipinggang dan peci hitam. Sedangkan untuk para wanita tentu hadir dalam nuansa busana yang berbeda, dengan tambahan hiasan kepala. Untuk musik pendukung, tarian ini menggunakan beberapa alat musik yang dimainkan dalam orkestrasi sederhana diantaranya seperti gambus, perkusi dan marawis diiringi dengan lantunan puisi yang melambangkan kehidupan dan keagamaan.
Bebrapa sumber menyebutkan tarian ini telah dimainkan bahkan sejak abad 19. Dengan maksud semula adalah sebagai media penyebaran Agama Islam di wilayah Sambas Kalimantan Barat, dan dengan berjalannya waktu, terus berkembang sampai daerah lain. Ciri utama lainnya, adalah pada lantunan sajak bernafaskan Islami. Dulunya pelantun sajak ini adalah seseorang yang memang dituakan dalam masyarakat sehingga, isi sajak ini juga jadi sentris lain dalam tarian ini, keindahannya bukan sekedar pada gerakan semata tapi juga nilai spiritual yang terkandung dalam tiap-tiap lantunan sajak yang dibacakan.
Sebagai sebuah tarian khas yang mencerminkan keragaman budaya Kalimantan Barat, tarian ini mengandung makna yang mendalam, tentang falsafah hidup, serta keagungan spritual oleh karenanya pada masa awal saat tarian ini dimainkan menjadi pas sebagai media penyebaran Agama Islam. Ragam tarian jepin diantarnya adalah; tari jepin melayu, jepin kipas, jepin lembut, serta jepin tali bui.
Meskipun telah berkembang dan dijadikan kreasi, namun ciri utama sebagai salah satu ragam kesenian bernafaskan Islam di Kalimantan Barat tetap sangat terasa. Ini tercermin dari berbagai macam element dalam komposisi tarian ini, diantaranya mulai dari pakaian yang dikenakan, musik pengiring hingga pada hal lainnya seperti misalnya sajak yang dibawakan. Semua masih tetap berpegang pada pakem sebagaimana yang ditarikan sejak abad ke 19 tersebut.
Sebagai salah satu khazanah keragaman budaya Indonesia yang berasal dari Kalimantan Barat, melestarikan tari Jepin agar tetap dapat dikenal oleh generasi penerus sangatlah penting. Caranya bisa beragam, mulai dari mengajarkannya dalam salah satu bentuk kurikulum di sekolah-sekolah lokal sebagai sebuah pelajaran kesenian hingga melestarikan berbagai sangar tari yang memang secara khusus mengajarkan tarian ini. Dan ini telah dijalankan di wilayah Kalimantan Barat dalam sebuah proses yang berkelanjutan dan terus menerus. Melestarikan ciri budaya lokal adalah sama dengan mempertahankan identitas bangsa yang tentu dapat menjadi elemen perekat bagi seluruh masyarakat Indonesia.